Jubir PADI: ‘Politikus Sontoloyo’ Jokowi Bukti Kontrol Diri Lemah
Gema Indonesia Raya - Kata-kata ‘politikus sontoloyo’ disampaikan Presiden Joko Widodo karena sudah begitu kesal dengan cara-cara politik kotor. Keceplosan tersebut dianggap kubu Prabowo sebagai bentuk kontrol diri yang lemah.
“Sangat tidak pantas, saya pikir. Kenapa? karena yang namanya Presiden itu adalah pemimpin tertinggi, dia harusnya politisi yang jadi contoh, bukan cuma untuk politisi lho, seluruh anak negeri,” kata koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak, saat dihubungi, Rabu (24/10) malam.
“Jadi justru menunjukkan bagi saya, kalau pak Jokowi nyebut beliau nggak bisa nahan lagi, menunjukkan secara psikologis memang beliau berhadapan dengan masalah kontrol diri yang lemah, jadi kalau misalnya pernyataan, beliau menyampaikan, oh saya nggak bisa nahan lagi, menggunakan kata-kata itu, saya pikir justru sebagai pemimpin, beliau harus punya kemampuan kontrol diksi,” tuturnya.
Dahnil menilai tak pantas istilah sontoloyo keluar dari mulut seorang presiden. Menurut Dahnil, pemimpin seharusnya meneduhkan dan menentramkan masyarakat.
“Kapasitas pemimpin itu adalah bagaimana beliau justru bisa menetramkan, mengademkan, justru kemudian pernyataan itu mengesankan ada memperkeruh suasana,” tuturnya.
Dahnil mengatakan Jokowi sebagai pimpinan politik tertinggi di Indonesia harus menjadi teladan bagi seluruh anak bangsa. Istilah ‘politik sontoloyo’ yang keluar dari mulut mantan Gubernur DKI Jakarta itu harusnya menjadi bahan evaluasi.
“Saya pikir pimpinan politik yang tertinggi hari ini di negeri ini ya pak Jokowi sendiri. Jadi kalau ada politisi yang paling berkuasa hari ini ya pak Jokowi itu sendiri, berarti kalau kemudian itu bentuk kekesalannya, anda bisa membayangkan bagaimana lagi orang lebih kesal dengan ketidakadilan yang hadir hari ini. Jadi saya mau katakan justru itu harusnya menjadi introspeksi, jadi penting, itu bagus kalimat itu di… Walaupun tentu keadaban dan etika publik nggak pantas ngomong seperti itu. Saya nyebutnya aja berat, apalagi ini seorang presiden ngomong menggunakan pilihan diksi seperti itu,” ujarnya.
Jokowi sebelumnya mengungkapkan soal alasan dirinya mengeluarkan istilah ‘politik sontoloyo’. Jokowi mengaku kesal dengan kondisi perpolitikan nasional yang diwarnai oleh politik adu domba dan fitnah.
“Inilah kenapa kemarin saya kelepasan, saya sampaikan ‘politikus sontoloyo’ ya itu. Jengkel saya. Saya nggak pernah pakai kata-kata seperti itu. Karena sudah jengkel ya keluar. Saya biasanya ngerem, tapi sudah jengkel ya bagaimana,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/10). (dtk)
No comments