Header Ads

  • Breaking News

    Bahan Pokok Mahal, Gizi Buruk Anak Indonesia Semakin Meroket

    Gema Indonesia Raya - Gizi buruk atau stunting di Indonesia menempati peringkat kelima dunia, dan hal tersebut akan bisa semakin parah jika ekonomi Indonesia terus memburuk. Misalnya, harga bahan pokok tinggi, lapangan pekerjaan susah dan pengangguran semakin banyak.

    Pasalnya, untuk makan sehari-hari saja masyarakat Indonesia terlebih yang berada di daerah-daerah masih susah terpenuhi dengan baik.

    Dokter muda dari Indonesian Islamic Youth Ekconomic Forum, Dhienda Nasrul mengakui jika kondisi ekonomi Indonesia sangat mempengaruhi terjadinya gizi buruk.

    “Itu betul. Jadi memang jika harga bahan makanan tinggi, bagi masyarakat yang tidak mampu akan berpengaruh terhadap gizi buruk kepada anak-anaknya,” kata Dhienda dalam acara diskusi Rabu Biru bertajuk ‘Generasi Emas Menuju Indonesia 2030’ di Prabowo-Sandi Media Center, Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Rabu (24/10).

    Dhienda menuturkan, kondisi ekonomi yang baik akan berjalan beriringan dengan menurunnya tingkat gizi buruk di Indonesia.

    Dia menambahkan, angka gizi buruk di Indonesia bisa terus bertambah jika kondisi ekonomi terus mengalami kemerosotan, yang membuat harga bahan pokok susah dijangkau masyarakat kelas bawah.

    “Memang masalah sosial ekonomi ini ujungnya bisa mengakibatkan pertumbuhan yang kurang,” tuturnya.

    Dalam kesempatan yang sama, Senior Analyst Sandinomics, Arie Mufti menyampaikan, saat ini sebanyak 9 juta anak Indonesia mengalami gizi buruk.

    Hal ini akan semakin menjadi ancaman besar karena Indonesia akan mengalami bonus demografi.

    “Masih ada banyak anak-anak kita yang tertinggal. Ini kegagalan besar yang mengancam optimalisasi bonus demografi,” ujar Arie.

    Terkait generasi milenial, menurutnya sangat bisa diandalkan untuk terlibat dalam program penyuluhan bahaya stunting tersebut, yang sejalan dengan visi Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.

    Dimana, Prabowo-Sandi sangat concern pada isu stunting karena menyangkut generasi emas bangsa Indonesia.

    “Sangat relevan milenial untuk menjadi agenda masalah stunting sebagai the fight of the generations. Bukan hanya urusan jaringan puskesmas, BPJS, it’s the fight of our generations, the meillenial generations,” ujarnya.

    “Jangan sampai kita kehilangan bonus demografi kita. Jangan jadi tua sebelum bangsa kita makmur,” paparnya.

    Sementara Pengurus Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, Reza Indragiri Amriel mengajak semua elemen masyarakat untuk terus memberikan pemahaman bahaya stunting bagi anak-anak generasi penerus bangsa.

    “Ayo kita perjuangkan anak-anak Indonesia di forum apapun, kesuksesan indonesia akan sangat ditentukan oleh generasi mudanya,” ujar Reza.

    Menurutnya, kesehatan fisik bisa mempengaruhi kesehatan berfikir anak-anak generasi milenial.

    Untuk itu, sudah tidak ada alasan bagi Indonesia tidak membenahi perekonomian yang berdampak kepada harga bahan pokok mahal dan terjadinya gizi buruk.

    “Saya sepakat kesehatan fisik merupakan hal yang penting kemampuan berfikir juga hal yang penting 80 banding 20. 20 persn terletak pada kecerdasan kognitifnya, 80 persen adalah letak pada kepribadian,” katanya. (tsc)

    No comments

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    http://reactips.hol.es/pernak-pernik/1-pilihan-ava-media-sosial-untuk-pendukung/