Temui Senior Golkar dan NU, Langkah Prabowo-Sandi Dinilai Cerdas
Temui Senior Golkar dan NU, Langkah Prabowo-Sandi Dinilai Cerdas
Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno mengunjungi kantor PBNU yang diterima langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, di Jakarta, Kamis (16/8/2018). Foto/Sutikno/SINDOnews/Dok |
Langkah pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno mendatangi para politisi senior Partai Golkar, ormas Islam, dinilai cerdas.
Seperti diketahui, Prabowo-Sandi menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), Akbar Tanjung, Aburizal Bakrie serta sejumlah organisasi kemasyarakat (ormas) keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Meski Golkar secara resmi telah mendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin, terutama JK yang diplot menduduki Ketua Dewan Penasihat Tim Kampanye Pemenangan Koalisi Indonesia Kerja, namun dengan mendatangi tiga politikus senior Golkar yang sebelumnya pernah menjadi ketua umum parpol tersebut, dinilai bisa memberikan dampak positif terhadap elekrabilitas pasangan Prabowo-Sandi.
"Pasangan Prabowo-Sandi memang tidak bisa menggaet pucuk parpol nonkoalisi mereka terutama Golkar, tapi mereka punya cara lain dengan menggaet stakeholder di luar struktural parpol," ujar pakar komunikasi politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Nyarwi Ahmad, Jumat (17/8/2018).
"Itu merupakan langkah yang cerdas karena mereka ini orang-orang berpengaruh. Tokoh-tokoh itu pengaruh terutama di level daerah karena pernah menjadi ketum parpol, pasti pengaruhnya sangat kuat," tambahnya.
Nyarwi mengatakan, dalam konteks marketing politik, banyak jenis pasar politik. Selain figur-figur yang duduk di struktural parpol, ada juga stakeholder yakni para elite yang berada di luar struktural parpol, namun memiliki pengaruh tinggi.
Baik pengaruh terhadap partai maupun massa grass root di daerah-daerah. Apakah pendekatan yang dilakukan pasangan Prabowo-Sandi kepada para tokoh, terutama JK bisa diartikan JK "bermain" di dua kaki? Nyarwi melihat sejauh ini komitmen JK untuk mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin masih cukup tinggi.
"Tapi dengan mendekat secara simbolik ke JK yang juga sebagai pengusaha, Prabowo-Sandi berusaha meyakinkan pasar politik lain yakni investor yang berpotensi menyumbang dana. Memang mereka punya dana, tapi mereka tetap butuh suplai dana. Itu aspek positif yang diharapkan. Iti juga dulu salah satu pertimbangan Jokowi memilih JK sebagai pengusaha senior nasional. Dia juga punya kedekatan dengan banyak ormas. Bukan Pak JK ya ng ditargetkan, tapi network-nya," paparnya.
Begitu pula upaya Prabowo-Sandi yang mendatangi ormas keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah. Nyarwi mengatakan, di Indonesia dalam beberapa hal peran ormas kerap kali lebih penting. "Diketahui, NU menjadi "sponsor" berdirinya parpol berbasis Islam seperti PKB dan PPP. Begitu pula Muhammadiyah yang menginisiasi awal berdirinya PAN," kata Nyarwi yang juga Direktur Presidential Studies-DECODE UGM ini.
Nyarwi mengatakan, hal yang menarik dicermati adalah langkah para elite NU yang sejak awal terlibat dalam meng-endorse pemilihan cawapres Jokowi dan berhasil. "Tapi Prabowo melihat pengaruh mereka. Paling tidak secara simbolik dengan mengunjungi elite ormas, bisa menjadi kekuatan penting untuk memperluas daya jangkau elektoral," paparnya.
Bagaimana dengan langkah politik kubu Jokowi-Ma'ruf Amin yang belakangan kian getol mengampanyekan hasil kinerja pemerintan Jokowi-JK? Nyarwi melihat Itu sebagai strategi kampanye permanen calon incumbent dengan memanfaatkan keberhasilan kinerja. "Itu juga langkah taktis. Itu bagian dari upaya menyampaikan apa saja yang sudah dicapai. Itu bagian dari permanent campaign," katanya.
Namun, Nyarwi menilai sejauh ini logika kampanye kubu incumbent masih kurang maksimal. "Dalam kampaye tidak hanya bisa menonjolkan teknokratis dengan menyampaikan info top down, tapi tidak didukung basis market intelegence yang bagus. Langkah kampanye yang dilakukan lewat medsos dan sebagainya sudah cukup bagus, tapi cenderung masih difensif dengan menyampaikan data-data sebagai pembenar. Tapi kadang kala pasar pemilih tidak selalu seperti itu. Cenderung masih top down, kurang interaktif," katanya.
Kendati begitu, secara umum Nyarwi menilai tim kampanye Jokowi-Ma'ruf Amin sudah jauh lebih maju dibanding kesiapan pasangan Prabowo-Sandi. Salah satunya, tim Jokowi-Ma'ruf Amin yang sudah membentuk Tim Kampanye Nasional dan melatih ratusan juru bicara (jubir).
"SDM mereka lebih banyak. Orang-orang yang dilibatkan lebih banyak. Tapi dalam narasinya belum ada. Kelemahan tim besar adalah kegesitannya kurang. Incumbent itu, misalnya, saat ini tingkat elektabilitasnya 60 persen, itu harus dilihat hanya 40 persen. Artinya walaupun jumlah jubir 100-an, misalnya, tapi tim underdog biasanya punya mental dua kali lipat," ucapnya.
Sementara JK usai ditemui pasangan Prabowo-Sandiaga di rumah dinasnya, Jalan Diponegoro, Jakarta, Rabu malam (15/8), menepis pertemuannya dengan bakal capres-cawapres Prabowi-Sandi sebagai bentuk lobi politik. Dia menegaskan, tidak ada ajakan dari mereka untuk jadi tim pemenangan di Pilpres 2019. "Enggak. Pertanyaanmu usil saja," kata JK ketika ditanya awak media usai menerima Prabowo-Sandiga Uno. di rumah dinasnya,
Dia pun tidak merasa posisinya terjepit sebagai Wapres dan sahabat Prabowo puluhan tahun.
"Oh tidak, tidak. Saya bilang dua kali bersaing, tapi tetap bersahabat, apalagi Sandi. Lebih junior dari saya," ungkap JK.
Sementara Prabowo mengatakan, pertemuan dengan JK hanya bersilaturahim karena JK dinilai sebagai politisi senior. Selain itu Prabowo juga meminta restu mantan Ketua Umum Partai Golkar itu, terkait pendaftarannya sebagai capres-cawapres pada Pilpres 2019.
"Sesuai dengan adat istiadat kita bangsa Indonesia, yang muda datang ke yang lebih senior untuk sowan. Mohon restu kita akan melakukan pekerjaan untuk rakyat kita," ujar Prabowo saat memberikan keterangan seusai pertemuan.
Sementara itu, Sekjen PDIP yang juga Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto mengatakan, timnya akan melakukan kampanye secara ofensif. Mereka telah membekali para jubir dengan narasi keberhasilan kinerja pemerintahan Jokowi-JK.
"Jadi ada kesesuaian narasi, kemudian berkesinambungan, konsisten dalam kebijakan Pak Jokowi. Kampanye ofensif ini sifatnya adalah mengisi ruang publik dengan narasi yang baik dan sesuai tradisi kita sebagai orang timur. Terlebih kita lihat wakil Pak Jokowi adalah KH Ma'ruf Amin, Beliau adalah sosok pengayom," tuturnya.
Hasto mengatakan, gaya kampanye oposisi pasti menyerang dari segala aspek. "Tetapi dengan perpaduan kekuatan Indonesia Raya Pak Jokowi dengan Kiai Ma'ruf, mereka bisa saja mencari ruang baru. Tetapi bagi kami politik itu membangun peradaban dan membangun hal positif, mengubah kultur, itu yang selama ini konsisten ditunjukan Jokowi. Intinya, kami lebih mengisi ruang publik dengan hal-hal yang positif," urainya.
No comments