Soal Bendera Tauhid, Ustadz Somad Bantah Pernyataan TGB: “Tidak Dipakai Ketika Perang Saja!”
Gema Indonesia Raya - Dalam merespon kasus pembakaran bendera tauhid beberapa waktu lalu TGB sempat berkilah jika bendera tauhid hanya dikeluarkan dalam situasi perang.
Dalam artikel yang ditulis Republika Online, TGB menyatakan: “Saya sampai hari ini cek di semua khazanah, kitab. Saya belum pernah temukan narasi bendera rasul itu dikibarkan di Madinah dalam keadaan damai,” katanya dalam diskusi di kantor Tunas Generasi Bangsa pada Kamis (25/10).
TGB justru baru menemukan rujukan penggunaan bendera Rasulullah ketika kondisi perang. Ia heran dengan ormas pengguna bendera Rasulullah karena Indonesia bukan tengah berperang.
“Bendera (rasul) digunakan saat perang badar ditaruh penanda ini tuh pasukan (rasul), saya bingung kalau gitu, musuhnya siapa sekarang?” kata dia.
Ia mengungkapkan, pelarangan organisasi pengguna bendera rasul sebenarnya dilakukan oleh negara lain. Menurutnya, pelarangan tersebut tentu menggunakan unsur objektivitas. (lihat link berita)
Namun pernyataan TGB ini dibantah Ustadz Abdul Somad. Dalam wawancara eksklusif Tv-One, UAS dengan tegas menyatakan:
“Dalam Syarah Shohih Muslim ditulis oleh Imam An-Nawawi disebutkan: Bendera ada 2 Ar Roya dan Al Liwa, apa bedanya? Ar Roya bendera kecil yang dibawa pasukan-pasukan kecil, sedang Ar Roya bendera besar yang dibawa pasukan besar.”
“Lalu soal warna. Nabi Muhammad SAW masuk ke kota Makkah (Fathu Makkah) membawa 10 ribu pasukan, benderanya berwarna putih. Kalau benderanya putih, tulisannya hitam. Kalau benderanya hitam, tulisannya putih. Fungsinya untuk menyatukan pasukan.”
“Lalu apakah bendera ini dipakai saat perang saja? Tidak. Saat masuk Makkah tidak ada perang, damai, 19 hari Nabi di kota Makkah melakukan rekonsiliasi.”
“Tidak ada perbedaan tulisan Tauhid apakah pakai khot ini khot itu, itu hanyalah cara bentuk kreasi manusia. Yang mana bentuk yang boleh dibakar? Tidak ada yang boleh dibakar. Itu semua adalah kalimat Tauhid.”
“Yang penting: kalau ada tulisan Allah, tidak boleh dihinakan.” [eramuslim]
Nah, kita mau percaya kepada Ulama yang masih independen atau mereka yang sudah memihak penguasa yang banyak mengkriminalkan para ulama?
No comments