Saudi Tolak Permintaan Turki untuk Ekstradisi Pembunuh Khasshogi
Gema Indonesia Raya - Saudi akan menolak permintaan Turki untuk mengekstradisi para tersangka pembunuh Khashoggi setelah sebelumnya tunangan Jamal wartawan yang dibunuh itu menolak undangan Donald Trump berkunjung ke Gedung Putih, karena menurutnya presiden AS itu tidak tulus.
“Ihwal ekstradisi, orang-orang itu adalah warga negara Saudi,” kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir di sebuah konferensi keamanan di Bahrain.
“Mereka ditahan di Arab Saudi, dan penyelidikan dilakukan di Arab Saudi, jadi mereka akan dituntut di Arab Saudi,” kata al-Jubeir pula.
Sehari sebelumnya, Turki mengatakan ingin mengekstradisi 18 orang itu, kendati Turki dan Arab Saudi tidak dikenal memiliki perjanjian ekstradisi.
Dalam perkembangan lain sebelumnya, Hatice Cengiz, perempuan Turki yang sedianya akan menikah dengan Khashoggi, menyatakan menolak undangan Presiden Donald Trump ke Gedung Putih karena menganggap Trump tidak tulus terkait investigasi pembunuhan mendiang calon suaminya.
Dalam wawancara di televisi, ia menghatakan keyakinannya bahwa undangan Trump itu ditujukan sekadar untuk mempengaruhi opini publik di AS.
Amerika Serikat akan melangsungkan pemilihan umum sela dalam kurang dari dua pekan.
Jamal Khashoggi terbunuh di konsulat Saudi di Istanbul tiga pekan lalu dan Riyadh menyangkal terlibatnya keluarga kerajaan dan menyebut para pelakunya adalah ‘para agen liar.’
Arab Saudi awalnya menyatakan tak tahu menahu tentang nasib jurnalis itu tetapi kemudian pernyataan mereka berubah-ubah, dan yang paling akhir jaksa Saudi menyebut peristiwa itu merupakan suatu pembunuhan yang direncanakan dengan matang.
Trump mengatakan dia ‘tidak puas’ dengan pernyataan Saudi, tetapi kendati berbicara tentang kemungkinan menjatuhkan sanksi dia juga menekankan pentingnya hubungan kedua negara.
Presiden Trump juga mengatakan ‘ada kemungkinan’ Putra Mahkota Mohammed bin Salman tidak tahu menahu tentang pembunuhan itu.
Khashoggi selama ini merupakan pengkritik yang lantang terhadap sang putra mahkota, penguasa de facto negara kerajaan itu.
Dalam perkembangan lain, Turki mengatakan ingin mengekstradisi 18 warga Saudi yang ditangkap di Riyadh sehubungan dengan pembunuhan itu.
Jaksa Turki yang menyiapkan permintaan ekstradisi secara resmi menuduh mereka atas “pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu untuk dilakukan secara mengerikan atau dengan penyiksaan”.
Turki dan Arab Saudi tidak diketahui memiliki perjanjian ekstradisi.
Sementara itu, Direktur CIA Gina Haspel sudah pula memberi briefing, atau informasi terarah kepada Donald Trump terkait kasus itu, setelah tim CIA kembali dari Turki.
Apa lagi yang dikatakan tunangan Khashoggi?
Dalam wawancara televisi hari Jumat itu, Hatice Cengiz dengan berurai air mata mengisahkan lagi apa yang terjadi pada hari ketika tunangannya lenyap. Ia mengatakan andai dia curiga bahwa “pihak berwenang Arab Saudi merencanakan sebuah plot” untuk membunuh Khashoggi, dia tidak akan pernah membiarkan pasangannya itu pergi ke konsulat.
“Saya menuntut agar semua yang terlibat dalam kekejaman ini, dari tingkat tertinggi hingga tingkat terendah, diadili dan dihukum,” katanya kepada Haberturk TV.
Hatice Cengiz, tunangan Khashoggi, mengatakan bahwa dia belum dihubungi oleh pejabat Saudi mana pun sejauh ini, namun menegaskan bahwa dia tidak mungkin pergi ke Arab Saudi untuk menghadiri pemakaman jika jasad Khashoggi yang hilang itu akhirnya ditemukan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah meminta Riyadh untuk mengakui siapa yang memerintahkan pembunuhan dan di mana jenazahnya.
Sementara itu, Salah Khashoggi, putra tertua wartawan yang bermukim di Amerika itu sudah tiba di AS dari Arab Saudi pada hari Kamis, bersama keluarganya.
Keluarga yang memiliki kewarga-negaraan ganda Saudi-AS itu sebelumnya dilarang meninggalkan Arab Saudi karena kritik ayahnya terhadap para pemimpin negara itu.[mr/bbc]
No comments