Satu Dibakar, Ribuan Berkibar!
Gema Indonesia Raya - Bersepeda menuju masjid At Taufik di Jalan Patriot Garut. Hari teramat panas terik, padahal baru menunjukkan pukul 10.45. Tiba di halaman masjid, tampak sudah banyak yang datang. Rata-rata menggunakan motor, sebagian rombongan menggunakan Mini bus Elf dan kendaraan pribadi. Saat matahari, di tengah kepala. Ribuan manusia mulai memenuhi halaman dan masjid. Sebagian langsung beristirahat di teras masjid. Sebagian langsung mengambil air wudhu.
Walaupun tidak saling mengenal, atmosfer persaudaraan sangat kental. Siapapun yang baru datang, langsung disambut oleh mereka yang datang duluan. Bersalaman, berpelukan dan saling menawarkan makanan dan minuman. Seorang Bapak tua, dengan riang mengeluarkan kerupuk, kue buatan istrinya dan langsung menawarkan kepada orang-orang yang duduk di dekatnya. Seorang petani tomat dari Garut, dengan menggunakan plastikan hitam berkeliling menawarkan tomat kepada setiap orang. Dua orang anak remaja, berpakaian lusuh, berkeliling menawarkan air minum kemasan.
Bapak Ayi berusia 78 tahun dari Ciparay, Bandung. Langsung mencari tempat duduk yang teduh di teras sebuah rumah. Kulit mukanya yang terbakar matahari, menunjukkan dia dari kalangan kebanyakan. Bajunya lusuh dengan warna yang sudah pudar. Kepalanya tertutup topi pet, yang juga sudah lepek. Setelah duduk, dia terdiam. Hati tergelitik untuk menyapa. Katanya, dia berangkat dengan rombongan dari Ciparay, Bandung menggunakan Elf. Ongkos rental Elf, saweran dengan teman-temannya. Sebagian lagi 17 motor berboncengan konvoy. Walaupun usianya sudah senja, dia tidak ingin ketinggalan membela keimanannya. Dengan menahan tangis, dia mengeluarkan kepedihan hatinya saat melihat Kalimah Tauhid dibakar.Sudut matanya tampak berair menyorotkan kemarahan yang ditahan. “Nyeri hate abdi, ninggali kalimah suci diduruk ku banser!” (Sakit hati saya, kalimat suci dibakar banser).
Seorang Bapak yang usianya bahkan lebih tua, Dari Ciparay, Bandung. Kakek berusia 87 tahun ini datang ke Garut demi membela kalimah Tauhid. Tanda-tanda alzheimer, tidak bisa disembunyikan. Tangannya gemetar saat memegang tongkat dan kain bendera. Pendengarannya sudah tidak tajam, karena saat ditanya harus diulang beberapa kali. Tapi, saat ditanya kenapa jauh2 datang ke Garut. Jawabannya tegas: “Abdi teu ridho kalimah suci diduruk!”
Sejauh mata memandang, sepanjang jalan Cimanuk (5 km) penuh dengan lautan kaum muslimin dan lautan bendera tauhid! Anak-anak, remaja, dewasa, kakek-kakek, penyandang cacat dari Ciamis, Bandung, Panvandaran Sumedang, Kediri, Tegal, Jakarta, Bogor, Cianjur, Yogyakarta, Sukabumi, Tasikmalaya, Cirebon dan Subang tumpah ruah di Garut.
Barisan ribuan orang-orang sakit hati karena kalimah keimanan dikoyak mulai bergerak setelah melakukan sholat dhuhur berjamaah. Saya yakin sebagian besar belum sempat bekal makan siang yang mereka bawa. Namun dengan penuh keihlasan, mereka lebih memilih lapar dan mulai berjalan menuju Simpang Lima. Mereka bergerak bersama, karena tujuan yang sama. Membela kalimah keimanannya yang dibakar secara demonstratif dengan iringan dan tarian kegembiraan oleh oknum banser!
Tiba, di Simpang Lima ternyata massa sudah menyemut. Diantara patung perjuangan dan baligo raksasa caleg mereka berorasi. Satu panji Ar Rayah Raksasa dipasang dibawah patung perjuangan. Satu hal yang patut diacungi jempol dari orator dan massa. Tak ada satupun kalimat kebencian. Yang ada hanya kalimat untuk bertakbir, bertahlil, dan sholawat badar. Bahkan, seorang ulama yang berorasi dari mobil komando. Mengajak massa, untuk membaca Al Fatihan untuk si pembakar bendera kalimah tauhid.
Diantara ribuan manusia yang berjalan, tampak seorang Bapak dengan beringsut-ingsut berada di depan! Kakinya yang cacat dari lahir, tidak menghalanginya untuk membela kalimah Tauhid. Ditanya, ternyata dia berasal dari Ciamis. Tidak jauh dari si Bapak yang berjalan dengan kedua tangannya.
Seorang tuna netra, berpakaian lusuh. Membawa bendera tauhid yang juga sudah lusuh. Dia berjalan perlahan, dibantu oleh seorang temannya. Dari mulutnya, tak henti bergumam: Lailaha ilallah,! Allahu Akbar! Allahu Akbar…
Ribuan panji Rasulullah, Ribuan bendera Al Liwa dan Ar Rayah, serentak dan berkali-kali berkibar saat angin bertiup pada saat berangkat. Perasaan haru campur bangga, membuat bulu kuduk merinding. Cuaca cerah dengan langit biru dan awan putih yang menggumpal. Anak-anak santri yang dibawa para ustadnya dari Sumedang. Tampak, penuh semangat menggoyang-mengoyangkan Ar Rayah yang dibawanya. Takbir, Tahlil dan sholawat badar, berkumandang sepanjang jalan. Sepeda dikayuh untuk mengejar Sepanjang jalan Cimanuk Garut. Mulai dari Simpang Lima sampai ke Jembatan dipenuhi lautan manusia dan lautan bendera Al LIwa dan Ar Rayah!
Ribuan bendera yang dibawa ribuan manusia yang terkoyak rasa keimanannya, menyemut di Alun-alun Garut. Bendera hitam dan putih, dengan berbagai macam ukuran berkibar diiringi gemuruh takbir berulang-ulang!
Dua buah bendera yang berukuran besar, harus dipasangkan pada sepotong bambu utuh dengan diameter lebih kurang 3 jari dan panjang lebih kurang 3 meter! Memimpin di depan. Diikuti oleh 2 bendera hitam raksasa yang harus dibawa oleh 12 orang! Bahkan, sebuah bendera hitam yang panjang sekali ditempatkan sedemikian rupa untuk melingkari seluruh peserta aksi yang memenuhi lapangan Alun-alun Garut saat mendengarkan orasi!
Ustad Haikal, yang kebetulan hadir di Garut untuk mengisi acara dakwah di Garut hari itu. Menyempatkan diri hadir dengan dikawal oleh Kapolres Garut di tengah masa dan memberikan tauziah. Bendera bertuliskan kalimah tauhid BUKAN bendera HT, tapi bendera Rasulullah! Bendera yang akan menjadi tanda di Hari Kiamat kelak untuk umatnya! Meminta kepada massa untuk tidak anarkis dan tidak mengambil tindakan main hakim sendiri. Serahkan semuanya kepada hukum. Ustad Haikal meminta kepada umat, untuk tidak menghina dan menghujat si pelaku. Karena menghujat dan menghina seseorang itu bukan ajaran Islam! Dia meminta, agar umat terus mengawal proses terhadap si pelaku pembakaran. Sampai mendapatkan hukuman yang setimpal! Ucapan beliau disambut dengan gemuruh takbir dari massa! Ribuan Al Liwa dan Ar Rayah kembali dikibar-kibarkan diangkat tinggi. Satu bendera dibakar, Allah menjawabnya dengan Ribuan Berkibar!
Garut, 23 Oktober 2018.
DESS
#garutlautanbenderatauhid
#aksibelakalimahtauhid
No comments