Header Ads

  • Breaking News

    Kosmetik Itu Bernama Gurita Media, Lipstiknya Bernama Pemuja

    Kosmetik Itu Bernama Gurita Media, Lipstiknya Bernama Pemuja


    Gema Indonesia Raya - Kosmetik biasa digunakan dan lebih dikenal untuk berhias atau bahkan perawatan tubuh yang berhubungan dengan wajah. Agar terlihat lebih indah, menarik, dan cantik. Namun ketika kita berbicara kosmetik dan media maka tentu tak bisa menghilangkan sebuah istilah, yaitu “Propaganda”.

    Menurut Garth S. Jowett and Victoria O’Donnell; Propaganda adalah usaha dengan sengaja dan sistematis, untuk membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakuan untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan penyebar propaganda.

    Mengenai propaganda berdasarkan “Psychological Operations Field Manual No.33-1″ yang diterbitkan oleh Department of the Army Headquarters pada bulan Agustus 1979; dan “Psychological Operations (PSYOP) Media Subcourse PO-0816” yang diterbitkan oleh Army Institute, 1983, dikategorikan secara garis besar menjadi 2 macam yaitu: Komunikasi interpersonal (face to face), Audiovisual media.

    Saat ini media seperti menjadi monster propaganda, menghantam “Limbic System” yang dimiliki manusia. “Limbic System” yang berhubungan dengan emosi atau perasaan begitu mudah dipengaruhi oleh keadaan sekitar, entah itu disadari atau tidak disadari. Disinilah peran media sebagai alat propaganda

    Para pemuja dalam konteks ini bisa dibagi beberapa bagian. Pertama memang mesin politik digital berupa buzzer politik. Kedua, kalangan awam yang aktif di media sosial karena terus menerus mengkonsumsi materi propaganda di dunia digital. Ketiga, memang golongan basis partai politik yang identik sebagai “Die Hard”.

    Media menjadi pengatur ritme politik, jika diperhatikan media seperti kosmetik yang sengaja dioperasikan untuk terus memoles sebuah objek. Namun yang perlu diperhatikan, apabila kosmetik itu dirasa berlebihan tentu objek yang terus dipropagandakan malah akan membosankan. Sedangkan para para pemuja tak peduli dengan keadaan sebenarnya, terus saja tolak ukurnya hanya apa yang diberitakan media. Padahal media itu sendiri sengaja diperintah, bergerak seperti jaring, memproduksi konten kosmetik agar terlihat makin bersinar.

    Misalkan berita mengenai impor beras di saat panen, impor gula, impor singkong, impor garam, impor daging. Padahal ada yang pernah berjanji untuk tidak impor atau pernah ada yang berjanji untuk tidak hutang. Maka tetap saja kosmetik bernama media akan lakukan propaganda dan mengkondisikan mengapa harus impor dan hutang. Alam bawah sadar seperti dikontrol untuk matinya nalar para pemuja. Janji adalah janji itulah poin penting, namun gurita media dengan narasi kosmetik malah dijadikan pembenaran bagi para pemuja. Lymbic System yang telah lumpuh oleh konten lipstik yang disodorkan media secara massiv dan sistematis.

    Matinya nalar karena Limbic System yang telah dilumpuhkan oleh propaganda menjadikan para pemuja kehilangan sifat kritis. Mereka bahkan ikut memoles menjadi corong propaganda, lips service; penjilat yang mengalami kematian nalar dan hilang insting sebagai orang merdeka.

    Kita lihat contoh kematian Limbic System akibat propaganda media. Sorak sorai saat sedikit hal manusiawi dilakukan oleh junjungan namun menyalak ketika junjungan terbukti ingkar janji dengan memakai headline media dan menyodorkan nama lain sebagai perbandingan. Substansi hilang karena nalar kuitansi yang dipakai.

    Apalagi seiring Pemilu, menjelang pemilu banyak kepentingan, memanfaatkan media untuk tujuan propaganda. Salah satu contohnya adalah survey yang jelas dengan sengaja dan sistematis membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakuan masyarakat untuk memilih parpol ataupun calon tertentu.

    Bagaimana nalar pemuja mati karena efek propaganda ini?


    Janji tak impor kemudian impor, janji tak cabut subsidi lantas mencabut subsidi, janji swasembada malah impor, janji tenaga kerja malah tenaga kerja asing yang datang, janji tidak hutang malah hutang luar negeri membengkak. Itu hanya sebagian kecil target kosmetik media untuk mengcounter habis-habisan dan menaklukan alam bawah sadar para pemuja agar Lymbic System yang ada termakan propaganda hingga nalar dan kritis disandera oleh fanatisme belaka.

    Gurita media kini memainkan teknik Glittering Generality, yaitu penyampaian pesan yang memiliki implikasi bahwa sebuah pernyataan atau produk diinginkan oleh banyak orang atau mempunyai dukungan luas. Sebagai contoh narasi sendal jepit, bagi-bagi sepeda, sederhana, cintai petani. Namun fakta yang ditutupi kemudian bertabrakan dengan narasi sepeda motor build up, makan siang, keran impor, hutang yang meroket.

    Namun lagi-lagi para pemuja menjadikan dirinya sebagai lipstik. Ikut menjadi kosmetik memoles padahal ada fakta lain yang berseberangan dengan materi propaganda.

    Lanjut dengan metode “Card stacking” atau tebang pilih. Yaitu, suatu teknik pemilihan fakta dan data untuk membangun kasus di mana yang terlihat hanya satu sisi suatu isu saja, sementara fakta yang lain tidak diperlihatkan. Sebagai contoh infrastruktur yang dijadikan narasi kosmetik, atau bahkan isu radikalisme yang dijadikan hantu terus menerus sepanjang pemerintahan berjalan untuk menutupi masalah lainnya dalam suatu bangsa.

    Kemudian dalam teknik propaganda ada istilah Plain folks, yaitu salah satu teknik propaganda yang menggunakan pendekatan yang digunakan oleh seseorang untuk menunjukkan bahwa dirinya rendah hati dan empati dengan penduduk pada umumnya. Sebagai contoh narasi kemeja, harga sepatu, celana, makan di kedai pinggir jalan, kopi harha murah. Gurita media pernah mengulang-ulang narasi itu.

    Mungkin akan panjang sekali jika kita bahas gurita media dan lips service para pemuja sosok. Cukup gunakan nalar, perbanyak literasi dan informasi untuk menghindari diri dari individu-individu yang “membebek” menjilat tanpa melihat substansi dan fakta yang terjadi.

    Sebuah penutup dari Warren Elis, “If you believe that your thoughts originate inside your brain, do you also believe that television shows are made inside your television set?”

    Sekian.

    No comments

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    http://reactips.hol.es/pernak-pernik/1-pilihan-ava-media-sosial-untuk-pendukung/