Header Ads

  • Breaking News

    Bukan Penjajahnya Yang Kuat, Tapi Banyaknya Pengkhianat Yang Gawat

    Bukan Penjajahnya Yang Kuat, Tapi Banyaknya Pengkhianat Yang Gawat


    Gema Indonesia Raya - Remaja itu terus menscroll timeline twitter-nya seraya menyeruput segelas ice moccacino yang barusan saja dipesan oleh dia. Ruangan itu tak terlalu besar kiranya, namun nyaman dengan furniture empuk dan seperangkat sound quality lumayan asik, untuk mendengarkan lantunan chandelier dari kerongkongan SIA.

    “Wah gila ya, masa gabener Anies malah lanjutkan reklamasi?” kata remaja yang memegang hape besutan Samsung S9+ tersebut. “ Ah..elo udah kena framing keleuss, mao lo ya jadi kecebong?” timpal remaja satunya lagi yang terlihat lebih kalem.

    Percakapan ini terus saja bersahutan dan bisa diduga akan berujung pada perdebatan tanpa kusir. Baca judul, kemudian kena framing, dilanjutkan persepsi yang terkontaminasi, tentu akan menimbulkan residu nalar yang bisa dinyatakan sesat.

    Hal-hal remeh seperti tadi, belakangan ini sudah menjalar bagaikan lumut di dinding porselen kamar mandi rumah tua. Mengoyak persepsi sehat publik. Mencacah pikiran belia pengguna medsos. Yang ditebarkan oleh para penyembur kebohongan aka buzzer.

    Belum lama, di era mantan gubernur warisan yang kini menjadi narapidana, Basuki Tjahaya Purnama atau kerap disapa Ahok. Pertempuran sengit antara netizen muslim dengan buzzer berbayar makin menguatkan sinyalemen penulis. Bahwa yang merusak dan memporak-porandakan bangunan persatuan dan kesatuan, justru dari kalangan yang terus saja memekik sebagai paling pancasila, paling NKRI namun hal demikian finish di congor. Gagap di tingkah laku atau akhlaknya.

    Dari sisi linimasa, ada akun-akun seperti @kangdede78, @denysiregar7, @gunromli, @Ahmad_Sahal, @adearmando1 yang seringkali blunder menjembreng kegoblokan mereka, tatkala menghadapi serangkaian perang opini dengan netizen muslim. Saat mereka coba mempolitisasi ayat suci Al Quran demi pembenaran pada majikan mereka, kadangkala masyarakat tweetland justru mendapatkan sedikit dagelan. Karena, apa yang mereka coba bingkai sebagai pembentukan opini, justru berbalik arah membidik mereka sendiri. Sampai terkadang mereka menghapus sendiri tweet mereka.

    Adagium penulis bisa dibuktikan, saat mereka-mereka tadi diundang sebagai narasumber dalam momen ILC atau Indonesia Lawyer Club. Yang dalam acara live di televisi tersebut, pemirsa banyak disajikan ketololan dan dangkalnya narasi milik mereka. Begitu garang di timeline, eh mendadak gelagapan saat diajak ke arena intelektual.

    Kemudian sebagai flashback sejarah, saya akan sedikit menceritakan soal kisah buram barisan pengkhianat pribumi yang dulu dikenal sebagai Kompi V Andjing NICA. Dimana dalam kurun waktu sejak dibacakannya teks proklamasi oleh Bapak Bangsa, Soekarno-Hatta mereka barisan pengkhianat yang terbiasa hidup nikmat dalam comfortable zone akibat menjilat. Menjadi terancam dengan atmosfer merdeka yang dimiliki oleh bangsa ini. Oleh sebab itu, justru mereka hendak melanggengkan penjajahan. Karena privilese yang mereka dapatkan dari hidup menjilat penjajah. Walau harus membunuhi saudaranya sendiri, sesama pribumi.

    Selanjutnya sebagai bekal informasi, Kompi V Andjing Nica sendiri terdiri dari berbagai kesatuan laskar pejuang yang berisikan putra-putra asli pribumi. Sejarah mencatat, dalam aksinya mereka begitu biadab, tega dan sangat keterlaluan terhadap laskar pejuang lain yang sedang berusaha sekuat tenaga mempertahankan kemerdekaan bangsa yang baru saja didapatkan.

    Hanya karena uang dan jabatan, mereka memporak-porandakan jiwa pejuang lain, mereka “bunuh” saudaranya dengan iming-iming kenyangnya perut, gaji beberapa keping gulden, dengan taruhan kepala pribumi lainnya. Tega.

    Adalah Kapten KNIL, J.C. Pasqua pada 2 Desember 1949, yang membentuk satuan laknat ini sebagai penyambung tali penjajahan yang diputus oleh Teks Proklamasi tadi. Dan berbekal mental budak, senapan serta peluru, maka mereka sah dicatat oleh sejarah sebagai pengkhianat. Satu persatu mereka menuliskan dalam guratan sejarah sebagai tokoh betrayer kampungan demi kampung tengah. Sampai akhirnya dihentikan oleh diplomasi Konferensi Meja Bundar di Belanda pada 1949.

    Nah pembaca, apakah keturunan pengkhianat tadi ikut musnah? Rasa-rasanya tidak. Karena banyak fakta menyebutkan. Ada korelasi menarik antara sikap berkhianat pada masa penjajahan dulu dengan sikap berkhianat pada Jaman Now. Dimana di era sekarang, dapat disebutkan pertempuran justru terjadi dalam Ghazwul Fikri (perang opini).

    Lihat saja dalam kontestasi pilkada, ataupun isu kebijakan publik akhir-akhir ini. Banyak netizen cerdas dapat menyimpulkan sendiri. Mana penjilat, mana pengkhianat dan mana perusak persatuan dan kesatuan bangsa. Alih-alih menaikkan elektabilitas junjungannya, justru mereka makin menguatkan api perlawanan kubu oposisi. Tanpa sadar, barisan pengkhianat tadi membeberkan dosa-dosa majikan melalui informasi hoax bin dusta.

    Sebut saja soal divestasi saham freeport, sebesar 51%. Nalar publik coba dikecoh oleh buzzer peliharaan istana dengan mengatakan bahwa hal demikian adalah suatu keberhasilan. Dengan maksud, menolong elektabilitas pakde yang makin ndlosor tentunya. Namun fakta berkata lain. Di masa connecting seperti sekarang, mencari keabsahan suatu informasi tidaklah rumit dan berliku seperti dulu. Cukup masuk kedalam situs resmi rio tinto alcon ltd misalnya, maka netizen cerdas akan mendapatkan rilis resmi. Yang tentunya sangat berlawanan dengan postingan anak cucu barisan pengkhianat di medsos tadi.

    Jadi menurut hemat saya sebagai penulis, bukan penjajahnya yang kuat. Namun banyaknya pribumi pengkhianat yang berbahaya. Mereka hidup dari kubangan penderitaan sesama pribumi. Emang gue pikirin? Imbuh hati kotor mereka. Mao hoax apa bukan yang penting nyaman, sahut syahwat rakus ala hedonis. Dangkal.

    Akhirul kata, saya hanya coba mengingatkan pada para penjilat rezim di sosial media. Berhentilah kalian atas fabrikasi kebohongan. Katakanlah yang benar walau itu pahit. Karena, otak dan hati kalian saat ini belumlah sadar. Bahwa jejak rangkaian kata kalian, kelak akan dicatat sejarah sebagai barisan antek pengkhianat. Sekian.



    No comments

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    http://reactips.hol.es/pernak-pernik/1-pilihan-ava-media-sosial-untuk-pendukung/