Header Ads

  • Breaking News

    Lebih Pilu dari Pengusiran UAS, Begini Kisah Dakwah Salah Satu Sahabat Nabi

    Lebih Pilu dari Pengusiran UAS, Begini Kisah Dakwah Salah Satu Sahabat Nabi


    Gema Indonesia Raya - Ujian yang dialami Ustadz Abdul Somad berupa pengusiran saat berdakwah ke Bali dan Hongkong merupakan sunnatullah seperti yang dialami para sahabat Nabi. Para sahabat memiliki kisah dakwah yang lebih heroik. Salah satunya seperti dialami Khubaib bin Adi. Sahabat Rasulullaah ini wafat sangat memilukan. Padahal beliau termasuk orang shalih juga penghafal Qur’an.

    Pada bulan Safar tahun 4 Hijriyah, datanglah seorang utusan dari desa kecil bernama suku Udal dan Qarah. Ia mendatangi Rasulullah, meminta dikirimkan dai terbaik untuk mengajarkan mereka tentang Islam.

    Rasulullaah kemudian mengirimkan para dai terbaikya. Jumlahnya 6, 7 atau 10 orang. Ulama berbeda pendapat tentang jumlah ini. Kelompok dai tersebut dikomandoi oleh Ashim bin Tsabit.

    Tanpa curiga, kelompok Ashim mengikuti rombongan Udal dan Qarah. Sampai iba di sebuah sumur kecil bernama Aroji. Tiba-tiba orang-orang Udal dan Qarah berteriak. Mereka memberikan isyarat kepada teman-temannya agar keluar dari tempat persembunyiannya.

    Ternyata, kelompok Ashim tidak dibawa ke majelis ilmu, melainkan hendak ditawan untuk dijual pada kaum Quraisy.

    “Menyerahlah! Kami tidak akan membunuh kalian karena kami tidak membutuhkan nyawa kalian. Yang kami butuhkan adalah uang dari orang yang hendak membeli kalian” kata salah seorang dari Udal dan Qarah.

    “Kami tidak menerima perlindungan dari orang-orang kafir,” jawab Ashim.

    Pertarungan fisik pun tak terhindarkan. Karena jumlahnya tidak seimbang, dari 10 sahabat yang ada, hanya tersisa 1 orang yang selamat. Dia adalah Khubaib bin Adi. Lalu, Khubaib dijual kepada orang Quraisy.

    Orang-orang Quraisy menyiapkan altar eksekusi untuk Khubaib. Ketika semuanya telah siap, Khubaib dibawa ke altar eksekusi.

    Khubaib berjalan dengan amat santai dan tenang. Khubaib berkata, “Kalau kalian berkenan, izinkan aku sholat dua rakaat sebelum kalian membunuhku.”

    “Silakan,” jawab Abu Sufyan.

    Khubaib menunaikan sholat dua rakaat dengan khusyu’. Setelah selesai, beliau menyeru kepada orang-orang Quraisy yang hadir, “Andai saja kalian tidak mengira bahwa aku takut mati, aku masih ingin mamanjangkan rakaatku. Hanya saja aku khawatir, kalau aku panjangkan rakaatku, kalian mengira aku mengulur waktu untuk segera dibunuh. Maka silahkan, sholat sudah aku tunaikan, sekarang terserah kalian hendak melakukan apa.”

    Khubaib pun diengeksekusi para algojo. Mereka mengiris tubuh Khubaib dalam kondisi masih hidup. Mereka melakukan hal itu sampai puas. Sampai akhirnya Khubaib mati dalam keadaan syahid. [Muhammad Alfatihamdi/kisahhikmah]

    No comments

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    http://reactips.hol.es/pernak-pernik/1-pilihan-ava-media-sosial-untuk-pendukung/